bisnis
Langganan

Analis Prediksi IHSG Mampu Capai 7.800 hingga Akhir 2024

by Newswire  - Espos.id Bisnis  -  Jumat, 27 September 2024 - 14:37 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi mengamati pergerakan saham (Freepik)

Esposin, JAKARTA - Mandiri Sekuritas telah merevisi target sasaran pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi 7.800 untuk skenario dasar, sedangkan skenario bullish mencapai level 8.000 hingga akhir 2024.

"Skenario ini dipakai dengan harapan ekonomi Amerika Serikat masih soft landing. Ini masih ada kesempatan [pertumbuhan] saham, dari sisi valuasi masih untuk mendorong indeks target kami hingga akhir tahun,” kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer dalam acara Mandiri Macro Market Brief secara virtual, di Jakarta, Kamis (26/9/2024) seperti dilansir Antaranews.

Advertisement

Proyeksi tersebut berbeda dari sebelumnya yang ditetapkan Mandiri Sekuritas di level 7.460 untuk skenario dasar dan 7.640 untuk skenario bullish.

Adrian menjelaskan, penyebab utamanya yakni analisa terkait apakah kebijakan ke depan akan pro pertumbuhan atau tidak. Selain itu, dari segi potensi portfolio serta imbal hasil (yield) akan lebih menarik di tengah penurunan suku bunga acuan AS.

Advertisement

Adrian menjelaskan, penyebab utamanya yakni analisa terkait apakah kebijakan ke depan akan pro pertumbuhan atau tidak. Selain itu, dari segi potensi portfolio serta imbal hasil (yield) akan lebih menarik di tengah penurunan suku bunga acuan AS.

Diketahui, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen. Sementara Bank Sentral AS (The Fed) juga memutuskan memangkas tingkat suku bunga acuannya sebesar 50 bps menjadi 4,75- 5,00 persen.

“Dari sisi investor masih ada ruang bertumbuh baik untuk investor saham, investor asing dan domestik karena dari sisi valuasi saham di IHSG masih terdiskon,” ujarnya pula.

Advertisement

Ia menjelaskan, apabila pasar modal domestik bergerak volatile pada saat transisi pemerintahan baru Indonesia dan Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) pada November 2024 mendatang, maka ada potensi kemunculan fenonema window dressing.

"Sebab Oktober sampai November (2024) masih ada kabinet yang baru dan November ada pemilihan presiden AS. Dan jika market itu bergejolak, potensi window dressing ada," ujar Martha saat sesi doorstop di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9/2024) seperti dilansir Antaranews.

Di sisi lain, Martha mengatakan potensi terjadinya window dressing di pasar saham domestik cukup rendah di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menguat sepanjang Agustus dan September 2024.

Advertisement

“Jadi kalau kita lihat potensi window dressing, kalau dalam dua bulan ini IHSG masih kencang, mungkin window dressing nya tidak terlalu banyak sebab kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," ujar Martha.

Lebih lanjut, Ia memperkirakan pasar saham Indonesia pada tahun depan akan lebih baik, sehingga akan mendorong nasabah untuk terus melakukan investasi pada bulan-bulan ini.

Ia mengungkapkan sejumlah sektor yang menarik untuk dikoleksi para pelaku pasar, diantaranya sektor perbankan, telekomunikasi, properti, serta konsumer.

Advertisement

Sebelumnya, Mirae Asset Sekuritas menargetkan IHSG pada akhir 2024 akan mencapai level 7.915 dari sebelumnya 7.585, yang akan ditopang oleh masuknya dana asing dan pemangkasan suku bunga acuan.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto meyakini bahwa arus modal asing dan penurunan suku bunga The Fed akan mendukung enam sektor utama, diantaranya sektor perbankan, barang konsumsi nonsiklikal, barang konsumsi siklikal, farmasi, industri, dan telekomunikasi.

Sementara itu, window dressing merupakan aksi yang biasa dilakukan manajer investasi (MI) dan emiten untuk mempercantik portofolio atau performa laporan keuangan.

Melalui strategi ini, tampilan portofolio dana yang dikelola atau laporan keuangan emiten akan menjadi semakin menarik di mata investor atau pemegang saham, yang mana fenomena window dressing berhubungan erat dengan dua momen lainnya, diantaranya Santa Claus Rally dan January Effect.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif