bisnis
Langganan

BLDF Kelola Sampah Organik, demi Kudus yang Apik dan Resik - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Brand Content  - Espos.id Bisnis  -  Selasa, 2 Juli 2024 - 12:26 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi sampah organik. (freepik)

Esposin, KUDUS--Selama ini, banyak yang beranggapan sampah sebagai sesuatu yang tak berharga dan banyak menimbulkan masalah lingkungan. Namun di tangan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), sampah organik bisa disulap penuh manfaat dan bisa menjadi contoh pengelolaan yang optimal.

Melalui pusat pengolahan sampah organik yang berada di kompleks Djarum Oasis, Desa Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sampah organik bisa diolah menjadi tanah humus siap pakai atau yang disebut humisoil.

Advertisement

Pusat Pengolahan Organik BLDF ini sudah beroperasi sejak 2018 sebagai salah satu solusi dari masalah sampah di Kabupaten Kudus.

Deputy Program Manager Bakti Lingkungan Djarum Foundation yang mengurusi pengolahan sampah organik, Redi J. Prasetyo, memaparkan masalah sampah di Kudus mulai muncul pada 2017 setelah tempat pembuangan akhir (TPA) dikabarkan akan penuh pada 2021.

"Kalau pola ini berlanjutkan TPA akan penuh dan solusinya biasanya menambah lahan yang menyebabkan TPA semakin meluas. Dan ternyata masalah ini tidak hanya di Kudus, tapi juga daerah lain," kata dia ketika ditemui Esposin di komplek Djarum Oasis Kudus, belum lama ini.

Advertisement

Setalah dilakukan riset, ditemukan data dari National Waste Management Information System - Indonesian Ministry of Environment and Forestry 2017 yang menyebut sampah di Kabupaten Kudus didominasi sampah organik.

Data menunjukkan 78% sampah yang ada di Kudus merupakan sampah organik, 21% merupakan sampah anorganik, dan 1% merupakan sampah residu. Dari data tersebut, pihaknya menyadari kalau sampah organik di Kudus sebenarnya memiliki manfaat jika bisa diolah secara menyeluruh.

"Karena, pertama, bisa mengurangi sampah organik sebanyak 78% itu. Kedua, sampah yang organik menjadi bersih dan memiliki nilai ekonomi untuk dijual," kata dia.

Advertisement

Mulanya program itu dijalankan dengan menggandeng pemerintah dalam hal ini Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus Kudus dan pihak swasta seperti rumah makan, hotel, UMKM, sampai sekolah.

Saat ini, pihaknya sudah mulai merambah ke pemukiman di kota dan pedesaan. Mayoritas di pemukiman merupakan sampah dari rumah tangga. Menurutnya, justru jumlah sampah di pemukiman jauh lebih banyak jika dihitung secara akumulatif.

“Yang kita ambil adalah sampah organik, sampah anorganik kita kemanakan, nah untuk sampah anorganik kita membina desa untuk membentuk bank sampah, sehingga sampah anorganik laku dijual, karena itu ada nilai rupiah,” papar Redi.

Proses Pengolahan Sampah Organik

Proses pengolahan sampah organik di Kudus yang bisa dijadikan contoh untuk daerah lain ini ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada banyak tahapan hingga sampah organik bisa menjadi produk bermanfaat.

Pertama, sampah organik yang sudah terkumpul dipisah antara jenis sampah yang harus dicacah terlebih dahulu dan sampah yang bisa langsung diolah. Sampah yang sudah dipisah kemudian ditambahi arang dan kotoran ayam. Arang yang digunakan pun juga berasal dari sampah seperti kayu dari bekas perampingan pohon.

Redi mengatakan kayu tidak bisa diproses menjadi kompos lantaran terlalu keras. Kayu akan lebih bagus jika dibikin arang terlebih dahulu.

"Setelah menjadi arang kita campurkan, arang ini ketika sudah dicampur menjadi kompos akan menjadi istilahnya apartemen idealnya mikroba si bakteri baik, arang ini akan aktif secara biologis ditempati secara mikroba, kemudian kita kondisikan kadar airnya ketika masuk di mixer, terus dikasih bibit mikroba lagi, baru keluar untuk fermentasi," kata dia.

Kemudian, penambahan kotoran ayam berfungsi meningkatkan kadar nitrogen. Hal ini lantaran kebanyakan sampah yang diolah adalah daun yang memiliki kadar nitrogen cukup rendah.

Selain itu, jumlah kotoran ayam di Kudus juga cukup banyak. Redi mengatakan hal itu lantaran jumlah populasi ayam di Kudus adalah yang terbesar di Jawa Tengah sehingga sampah dari kotoran ayam bisa dimanfaatkan di sini pula.

Semua bahan yang dicampur kemudian difermentasi di lahan selama enam bulan yang kemudian menghasilkan tanah humus siap pakai atau yang disebut humisoil. Humisoil siap pakai itu kemudian digunakan untuk program penghijauan dari BLDF dan dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan.

Pengelolaan sampah organik menjadi produk bermanfaat yang bisa menjadi contoh ini bisa dibilang sudah cukup optimal. Namun, BLDF belum berhenti sampai di sini dalam mengoptimalkan pusat pengolahan sampah organik.

Ke depan, kapasitas pengolahan sampah akan ditambah demi bisa mengakomodasi kebutuhan di Kabupaten Kudus. Saat ini, rata-rata berhasil menyerap sampah organik sebanyak 50 ton per hari dan menghasilkan 22.492 m3 humisoil atau tanah humus siap pakai.

"Kemudian kita tentu akan semakin banyak berkolaborasi dengan berbagai patner atau kementerian. Kemudian kita juga akan melakukan pendampingan di masyarakat, dengan harapan sampah itu bisa selesai di level desa, sehingga tidak ada sampah yang dikirim di TPA," kata dia.

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif