bisnis
Langganan

Ekonom UNS: Layanan Pinjol Dibutuhkan Masyarakat, asalkan Tepat Sasaran - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Maymunah Nasution  - Espos.id Bisnis  -  Selasa, 23 Mei 2023 - 16:17 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pinjaman online atau pinjol. (Solopos).

Esposin, SOLO -- Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Sarjiyanto, mengatakan keberadaan pinjol legal merupakan produk kemajuan teknologi keuangan bernama fintech.

Jasa pinjol menyediakan pinjaman secara digital sehingga memudahkan pengguna untuk mendapatkan dana segar.

Advertisement

Kemudahan tidak hanya dapat diakses oleh pengusaha yang membutuhkan modal, tetapi masyarakat umum yang membutuhkan dana instan. Menurut Sarjiyanto, hal kedua itu perlu mendapat perhatian khusus.

"Layanan pinjol bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, membantu masyarakat memenuhi kebutuhan dikala sedang dalam kesusahan atau sisi kedua yang justru mendorong masyarakat memiliki gaya hidup baru yang lebih konsumtif," papar Sarjiyanto saat dihubungi Esposin, Selasa (23/5/2023).

Advertisement

"Layanan pinjol bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, membantu masyarakat memenuhi kebutuhan dikala sedang dalam kesusahan atau sisi kedua yang justru mendorong masyarakat memiliki gaya hidup baru yang lebih konsumtif," papar Sarjiyanto saat dihubungi Esposin, Selasa (23/5/2023).

Dia menyarankan bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menambah syarat bagi calon peminjam jika masih berstatus pelajar atau mahasiswa.

Hal ini agar pendanaan bisa lebih fokus kepada pengusaha ataupun bentuk usaha dan tidak lari ke anak muda yang tidak mampu melunasi pinjol.

Advertisement

Founder dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, mengatakan Amartha melihat potensi usaha ultra mikro di segmen akar rumput masih sangat besar.

"Namun, banyak tantangan yang dihadapi para pengusaha ini dalam mengembangkan usahanya, antara lain keterbatasan penetrasi teknologi di pedesaan. Hal ini mendorong Amartha senantiasa berinovasi, termasuk dengan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) hingga menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholders untuk mengakselerasi penyaluran modal usaha,” papar Andi.

Berdasarkan rilis yang diterima Esposin, Senin (22/5/2023), kini di usia 13 tahun, Amartha menggunakan AI dan teknologi berbasis data lainnya untuk produk dan pelayanannya.

Advertisement

Hal itu diharapkan membantu terciptanya akses lebih mudah dan dapat digunakan untuk memahami kondisi segmen akar rumput di lapangan.

Selanjutnya, Amartha memperluas layanan ke segmen menyasar konsumen atau Business to Consumer (B2C) dan usaha atau Business to Business (B2B) mengkombinasikan pendekatan humanis dan teknologi.

Produk-produk microfinance marketplace dan earn disediakan untuk layanan B2C, sementara produk loan channelling, embedded lending, embedded investment, serta credit decision engine tersedia untuk B2B.

Advertisement

Amartha awalnya hanyalah koperasi yang berdiri tahun 2010 di desa Ciseeng, Jawa Barat. Model yang Amartha kembangkan adalah Grameen Bank dan tanggung renteng.

Model ini berhasil membawa perusahaan menjangkau 10.000 pelaku usaha akar rumput lewat layanan keuangan. Selanjutnya, Amartha mendapat permintaan permodalan dari pelaku usaha mikro yang tinggi.

Hal tersebut membuat Amartha bertransformasi menjadi perusahaan teknologi finansial (fintech) dan meluncurkan layanan pendanaan secara online lewat aplikasi Amartha tahun 2017.

Selama Kuartal I 2023 bisnis Amartha sudah tumbuh dua kali lipat merata di seluruh wilayah operasional di Pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi secara year on year (yoy) di periode yang sama tahun sebelumnya.

“Di tahun ke-13 ini, Amartha berkomitmen menjangkau lebih banyak lagi pelaku usaha di segmen akar rumput melalui teknologi yang inklusif agar dapat menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan,” tambah Andi.

Advertisement
Ika Yuniati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif