Esposin, SOLO — Dinamika yang terjadi perekonomian global dan domestik berdampak terhadap perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan dituntut untuk berinovasi terhadap model bisnisnya
Direktur Utama BRI Finance, Wahyudi Darmawan menyampaikan dampak dari ketidakstabilan kondisi ekonomi global dan domestik yang masih belum stabil tercermin pada peningkatan non performing finance (NPF) di sektor perusahaan pembiayaan. Maka, perusahaan pembiayaan dituntut agar terus mengembangkan bisnis modelnya.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
"Kondisi saat ini menuntut perusahaan pembiayaan di Indonesia untuk mengembangkan bisnis model yang maju," terang Wahyudi, dalam siaran pers, Sabtu (13/7/2024).
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno menambahkan kondisi saat ini masih belum stabil walaupun telah berlalunya pemilihan umum (Pemilu) dan Lebaran.
Hal tersebut disebabkan 80% rakyat Indonesia mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan. Saat ini, menurutnya memang harga pangan memang sedang meningkat. Seperti beras yang meningkat sebesar 35%, sehingga prirotas debitur memperioritaskan membeli kebutuhan pangan.
Menurut Suwandi, perusahaan pembiayaan di Indonesia dinilai masih jauh dibawah perusahaan pembiayaan di Jepang. Model bisnis perusahaan pembiayaan di Indonesia masih seperti perusahaan pembiayaan di Jepang pada 1970.
Dengan demikian, Suwandi meyakini perusahaan pembiayaan di Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk bisa lebih berkembang dan lebih maju.
Dia menilai perusahaan pembiayaan di Indonesia masih memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dengan model bisnis yang berkembang dan maju.
"Produk-produk pembiayaan terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat selain pembiayaan kendaraan bermotor seperti refinancing dan ditawarkan kepada debitur yang telah hampir selesai tenor pembiayaannya dan memiliki credit scoring yang baik," paparnya.
Sesuai dengan peta jalan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan terciptanya peningkatan sumber pendanaan perusahaan pembiayaan selain dari sektor perbankan. Di sisi lain, perlu pengembangan usaha industri pembiayaan pada sustainable finance dan produk syariah.
Oleh sebab itu, perusahaan pembiayaan dapat melakukan diversifikasi sumber pendanaan tidak bergantung pada pinjaman dari perbankan saja.
Dari sisi sumber pendanaan, perusahaan pembiayaan yang terafiliasi oleh perbankan dapat menempuh cara melalui program unggulan Joint Finance sebagai salah satu strategi penguatan pendanaan perusahaan.
Sedangkan yang tidak terafiliasi oleh perbankan dapat melalui penerbitan obligasi, penambahan modal disetor, pinjaman dari lembaga pemerintah dan sekuritisasi aset.
Untuk perusahaan pembiayaan yang tidak terafiliasi oleh perbankan, dapat didukung oleh parent company yang memiliki kredibilitas yang baik.
Serta, lanjut Suwandi, untuk perusahaan pembiayaan yang tidak terafiliasi oleh lembaga jasa keuangan atau dapat meminjam melalui perbankan namun bunga yang ditawarkan akan lebih tinggi.
Ditengah perlambatan industri otomotif hingga Mei 2024 yang masih menurun sekitar 19%. Equity Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Richard Jerry menyampaikan segmen mobil bekas masih meningkat dari 2020-2023. Maka, untuk penurunan penjualan tidak bisa digeneralisasi penjualan menurun.
"Untuk event otomotif seperti GIAS memiliki potensi untuk mendongkrak penjualan mobil baru. Perlambatan industri otomotif di semester 1 ini dikarenakan adanya pemilu dan libur lebaran yang panjang. Diharapkan di semester 2 ini penjualan otomotif akan kembali menunjukan peningkatan,” kata dia.
President Director Group Dealer PT Hyundai Mobil Indonesia, Denny Siregar, juga menyoroti tantangan dan peluang di industri otomotif.
"Kami menghadapi fluktuasi industri otomotif dengan strategi produk baru dan memanfaatkan momentum peraturan pemerintah tentang percepatan kendaraan listrik. Dengan harga kendaraan listrik yang lebih bervariasi, kami optimis penjualan akan meningkat," ungkapnya.