bisnis
Langganan

Kinerja Saham Bank Digital Lesu, Harta Para Konglomerat Menguap Trilunan Rupiah - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Fahmi Ahmad Burhan Newswire  - Espos.id Bisnis  -  Senin, 8 Juli 2024 - 07:31 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi digital banking. (freepik.com)

Esposin, JAKARTA — Kinerja saham bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) masih lesu pada paruh pertama 2024.

Triliunan rupiah kekayaan para konglomerat yang memiliki bank digital, seperti Jerry Ng di ARTO dan Chairul Tanjung di BBHI pun menguap.

Advertisement

Berdasarkan data RTI Business, harga saham ARTO turun 3,46% pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (5/7/2024) ditutup pada level Rp2.230 per lembar. Harga saham ARTO pun turun 23,1% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau pada paruh pertama 2024.

Kemudian, harga saham BBHI turun 1,89% pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, ditutup ke level Rp780. Sepanjang paruh pertama 2024, harga saham BBHI pun susut 39,53%.

Anjloknya harga saham ARTO dan BBHI membuat kekayaan pemiliknya pun ikut merosot. Jerry Ng misalnya yang membesut ARTO melalui PT Metamorfosis.

Advertisement

Konglomerat itu tercatat memiliki 4,12 miliar saham ARTO atau setara 29,8%. Nilai kepemilikan saham Metamorfosis di ARTO sempat mencapai Rp15,27 triliun saat harga ARTO berada pada level tertinggi pada paruh pertama 2024, yakni Rp3.700 per lembar, pada Januari 2024.

Namun, pada perdagangan saham terakhir, nilai kepemilikan saham Metamorfosis di ARTO menjadi Rp9,2 triliun dari harga Rp2.230 per lembar. Artinya, nilai kepemilikan saham Jerry Ng melalui Metamorfosis itu lenyap Rp6,06 triliun pada paruh pertama 2024 saja.

Adapun, harga saham ARTO sempat menyentuh level tertinggi yakni Rp19.000 per lembar pada awal 2022. Saat itu, nilai kepemilikan saham Jerry Ng di ARTO mencapai Rp78,45 triliun. Apabila dibandingkan nilainya dengan saat ini, maka kekayaan Jerry Ng dari saham ARTO merosot Rp69,24 triliun.

Begitu juga dengan Chairul Tanjung yang mengendalikan BBHI melalui PT Mega Corpora dengan porsi kepemilikan 60,88% dan jumlah saham 13,22 miliar lembar. Nilai kepemilikan saham Chairul Tanjung pada level tertinggi paruh pertama 2024 mencapai Rp18,12 triliun dengan harga Rp1.370 per lembar, tepatnya pada Januari 2024.

Advertisement

Namun, kini nilai kepemilikan saham Chairul Tanjung di BBHI menjadi Rp10,31 triliun. Artinya, Chairul Tanjung telah kehilangan nilai sahamnya di BBHI sebesar Rp7,8 triliun pada paruh pertama 2024.

Jika dibandingkan dengan harga tertinggi sepanjang sejarah BBHI pada level Rp7.300, maka nilai saham Mega Corpora di BBHI tergerus Rp86,24 triliun.

Kalah Persaingan

Selain ARTO dan BBHI, emiten bank digital lainnya pun mencatatkan kinerja harga saham yang jeblok pada paruh pertama 2024. Bank digital milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yakni PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) misalnya mencatatkan penurunan harga saham 24,52% ytd ke level Rp234.

Harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC turun 42,2% ytd ke level Rp252. Lalu, harga saham PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) turun 29,38% ytd ke level Rp226. Selain itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) mencatatkan penurunan harga saham 25,4% ytd ke level Rp925.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi mengatakan bank digital mengalami masa performa yang tertekan. Sebab, bank digital masih dalam masa pengembangan bisnis. Sebagian bank juga masih perlu untuk membentuk biaya provisi yang tinggi.

Advertisement

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan harga saham bank-bank digital sulit untuk berkinerja positif sepanjang 2024. Alasannya, reli harga saham bank digital biasanya dipengaruhi oleh tren.

"Ini harus menanti sentimen positif dari adanya aksi korporasi emiten misalnya untuk meningkatkan likuiditas juga kinerja keuangan," tuturnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Inflow atau aliran masuk ke bank-bank digital juga kalah dan belum begitu unggul dibandingkan bank-bank lain. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan valuasi saham bank-bank digital kurang menarik bagi investor.

Bank digital juga kalah persaingan dengan emiten bank lain terutama big caps yang memiliki fundamental serta valuasi jauh lebih menarik. "Investor lebih milih investasi ke saham perbankan besar dibandingkan bank digital," ujarnya.

Advertisement

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (5/7/2024) sore, ditutup menguat di tengah pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

IHSG ditutup menguat 32,47 poin atau 0,45 persen ke posisi 7.253,37. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 6,78 poin atau 0,75 persen ke posisi 906,63.

“Pelaku pasar mengantisipasi dua kali pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada tahun ini, dengan pemangkasan pertama kemungkinan besar (73 persen peluang) terjadi di bulan September. Federal Reserve sendiri bulan lalu memberi sinyal hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Jumat seperti dilansir Antaranews.

Dari sisi makroekonomi, pelaku pasar mencerna rilis data Factory Orders Jerman yang turun 1,6 persen month to month (mtm) pada Mei 2024, atau bertolak belakang dari ekspektasi pasar yang tumbuh sebesar 0,5 persen (mtm) dan lebih parah dari penurunan 0,6 persen (mtm) pada April 2024.

Dengan demikian, Factory Orders memperpanjang trend penurunan menjadi lima bulan beruntun dengan laju tercepat sejak Januari 2024.

Selain itu, fokus pelaku pasar pada hari ini akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS), yang diprediksi menambah 190.000 pekerja di bulan Juni, lebih rendah dari penambahan 272,.00 pekerja di bulan sebelumnya.

Advertisement

Adapun, tingkat pengangguran diramal akan naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen pada Mei 2024.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat dipimpin oleh sektor kesehatan yang naik sebesar 0,99 persen, diikuti oleh sektor barang industri dan sektor properti yang masing-masing naik sebesar 0,83 persen dan 0,70 persen.

Sedangkan, tiga sektor turun yaitu sektor barang baku turun paling dalam minus 0,69 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor barang konsumen non primer yang masing-masing turun sebesar 0,23 persen dan 0,10 persen.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SOLA, PART, MSKY, IOTF dan MKAP. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni SMLE, ALII, PRIM, OASA dan IBOS.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Esposin tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif