Esposin, SUKOHARJO — Setelah diresmikan pada Agustus 2019, Klinik Gagal Jantung RS UNS mendapatkan penghargaan dari American Heart Association. Klinik Gagal Jantung RS UNS dinilai sebagai klinik yang konsisten menangani pasien gagal jantung dengan penanganan standar internasional.
Direktur RS UNS, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si., dalam keterangannya kepada wartawan mengatakan Klinik Gagal Jantung RS UNS mukai dibentuk pada Desember 2017. Selanjutnya klinik tersebut diresmikan dan beroperasi penuh pada 12 Agustus 2019. Klinik khusus tersebut dijalankan seiring drngan registri besar gagal jantung (CORE-HF), simposium nasional/internasional gagal jantung (SOC-HF) dan pengabdian masyarakat (HEARTALK). Tidak hanya itu, pada 2022, klinik tersebut telah mendapatkan pengakuan dari Wali Kota Solo, dan masih menjadi satu-satunya klinik gagal jantung di Jawa Tengah yang terafiliasi dengan pengurus pusat PERKI.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Pihaknya menyampaikan layanan kardiovaskular di RS UNS terus berkembang guna menopang Klinik Gagal Jantung. Dengan begitu diharapkan pelayanan akan semakin paripurna. Untuk mendukung hal tersebut, RS UNS juga telah mengembangkan labiratorium kateterisasi jantung untuk deteksi dan terapi penyakit aritmia dan jantung koroner. Selain itu ada laboratorium pencitraan kardiovaskular untuk layanan MRI jantung.
"Maka pada hari ini, saya sebagai Direktur RS UNS dengan bangga dan bahagia mengumumkan RS UNS telah mendapatkan penghargaan dari American Heart Association untuk kinerja layanan Klinik Gagal Jantung," kata dia, Kamis (30/5/2023). Menurutnya penghargaan itu akan menjadi pijakan lanjutan untuk terus berkembang dan bersinergi dengan seluruh pemangku kebijakan terkait.
Kepala KSM Jantung dan Pembuluh Darah RS UNS, Dr. Habibie Arifianto, dr, SpJP(K), FIHA, M.Kes., mengatakan dalam pemberian penghargaan tersebut, American Heart Association melihat konsistensi dari Klinik Gagal Jantung RS UNS dari 2017 sampai 2023 dalam merawat pasien-pasien gagal jantung. Ketersediaan obat oleh rumah sakit untuk para pasien yang diperhatikan juga menjadi penilaian tersendiri.
"Kemudian yang tidak kalah penting adalah pencarian penyebab dari gagal jantung tersebut. Biasanya ketika berobat [di luar klinik khusus gagal jantung], hanya mengatasi gejala yang ada. Misalnya pasien datang karena sesak nafas, maka akan ditangani sesak nafas tersebut, namun penyebabnya tidak dicari. Padahal kalau sudah dicari penyebanya, bukan tidak mungkin gagal jantung bisa mengalami perbaikan," jelas dia. Untuk semakin melengkapi layanan kepada pasien, dia berharap ke deoan di RS UNS juga bisa melaksanakan operasi bedah jantung.
Sementara itu Founder dan PIC Klinik Gagal Jantung RS UNS, dr. Irnizarifka, SpJP(K), FIHA, FAPSC, FAsCC., mengatakan secara sederhana penghargaan tersebut diberikan karena komitmen dari Klinik Gagal Jantung RS UNS yang terus mengobati pasien gagal jantung sesuai dengan standar internasional.
"Hal itu kami lakukan terus-menerus. Itu kami juga buat menjadi suatu tulisan yang dipublikasikan. Dari situ bisa diketahui bahwa tingkat kematian pasien gagal jantung di RS UNS dalam tahun pertama itu 7,4%. Ini sangat rendah bila dibandingkan dengan data di Eropa 8,6%. Sedangkan di Asia pasifik sekitar 17%," kata dia.
Dari yang telah dijalankam Klinik Gagal Jantung RS UNS, akhirnya mendapatkan kesempatan sebagai salah satu rumah sakit di Indonesia yang ditantang untuk menyajikan data. Terutama terkait kepastian jika RS UNS telah memberikan diagnosis dan terapi sesuai standar internasional.
"Data itu tentu tidak bisa data palsu, dan kami bisa menyajikan data yang mereka minta," lanjut dia.