by Maymunah Nasution - Espos.id Bisnis - Kamis, 13 Juli 2023 - 15:25 WIB
Esposin, SOLO -- Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana, mengatakan koperasi yang berhasil dikelola dengan baik bisa memberi keuntungan besar bagi seluruh anggotanya dan masyarakat secara umum.
"Inilah yang membuat di luar negeri, 300 koperasi terbesar di dunia mampu meraih pendapatan lebih dari US$2 T pertahunnya. Namun yang terjadi di Indonesia justru koperasi yang paling banyak jumlah dan aktivitas ekonominya adalah koperasi yang minim menggunakan asas kepemilikan bersamanya seperti koperasi simpan pinjam," papar Andri kepada Esposin, Selasa.
Lebih lanjut, Andri menambahkan berdasarkan rilis dari World Cooperative Monitor (WCM) berjudul World Cooperative Monitor 2022 Top 30 ranking released with a focus on the new challenge of digitalization tertanggal 1 Desember 2022, total pendapatan 300 koperasi terbesar di dunia mencapai lebih dari US$2,17 T atau sekitar Rp32,550 T dengan nilai tukar dolar ke rupiah sebesar Rp14.972.
Angka tersebut berdasarkan data finansial pada 2020.
Angka tersebut berdasarkan data finansial pada 2020.
Organisasi-organisasi tersebut beroperasi di berbagai sektor ekonomi. Industri asuransi dan pertanian merupakan sektor paling banyak. Sektor selanjutnya adalah penjualan ritel yang mewakili sepertiga sektor ekonomi di peringkat WCM.
Dua koperasi terbesar di dunia adalah Groupe Credit Agricole dari Perancis (pendapatan pada 2020 sebesar US$88,97 M) dan REWE Group dari Jerman dengan total pendapatan US$77,93 M pada 2020.
Meski begitu, dua koperasi dari India juga masuk ke dalam peringkat pertama dan kedua di daftar 300 koperasi berdasarkan rasio turnover atas produk domestik bruto (PDB) per kapita, yaitu The Indian Farmers Fertilizer Cooperative (IFFCO) dan Gujarat Cooperative Milk Marketing Federation Limited. Peringkat ketiga adalah koperasi asal Perancis, Groupe Credit Agricole.
Direktur Jenderal International Cooperative Alliances (ICA), Bruno Roelants, mengatakan model bisnis koperasi yang didasarkan pada kontrol dan partisipasi demokrasi memberi keuntungan dan efek positif digitalisasi dan mitigasi efek negatif.
Sekretaris Jenderal Europe Research Institute on Cooperative and Social Enterprises (EURICSE), Gianluca Salvatori, mengatakan pentingnya mengukur ekonomi koperasi.
"Kita sedang mengalami musim baru yang menyenangkan dengan terlihatnya ekonomi sosial. Di seluruh dunia, inisiatif yang membuat pendekatan aktivitas ekonomi terlihat mulai meningkat dari Rencana Ekonomi Sosial Eropa sampai Rekomendasi OECD [Organization for Economic Co-Operation and Development], dan Resolusi ILO [International Labour Organization]. Ini mengapa sangat penting ekonomi sosial dan aktornya, termasuk koperasi, untuk diakui atas dampak mereka," paparnya.
B. Amerika 1. Amerika Serikat 71 2. Brasil 9 3. Kanada 8 4. Argentina 3 Total: 91
C. Asia Pasifik 1. Jepang 22 2. Selandia Baru 5 3. Korea Selatan 4 4. Australia 3 5. India 3 6. Singapura 2 7. Malaysia 1 8. Arab Saudi 1 Total: 41