Esposin, SOLO — Perayaan Imlek 2023 membuat Kelompok Barongsai Tripusaka Solo panen tawaran show. Mereka secara rutin menjadi penampil pada setiap perayaan tahun baru Tiongkok tersebut.
Pembina Kelompok Barongsai Tripusaka, Adjie Chandra menguraikan bahwa pihaknya dalam sehari bisa memenuhi tiga hingga empat kali show untuk menampilkan barongsai.
Promosi Beri Kemudahan, Sinergi BRI dan Pelni Hadirkan Layanan Reservasi Tiket Kapal
Sejak berdiri pada 1999 lalu, Adjie menguraikan bahwa tantangan pasang turut jumlah pemain barongsai tersebut telah menjadi makanana sehari-hari.
“Sebelum barongsai kami merintis bela diri wushu dari tahun 1998, ketika wushu kemudian muncul pesaing, yaitu ada sasana-sasana wushu lain, jadi lebih baik saya pikir bisa belajar dan kembali memgaktifkan barongsai,” terang Adjie pada Espos.id seusai tampil di Solo Grand Mall, pada Minggu (22/1/2023).
Jadi akhirnya mulai 1999 hingga saat ini, Adjie mengaku mulai menekuni barongsai. Adjie menguraikan saat menekuni bela diri wushu ia mempunyai 200-an murid, namun yang tertarik untuk bermain barongsai tidak mencapai 50% anggotanya.
Saat ini Adjie sendiri mempunyai 70 orang anak didiknya. Anggotanya sendiri berasal dari etnis Tionghoa dan Jawa dan berbagai macam latar belakang agama. Saat ini kegiatan mereka berpusat di Yayasan Tripusaka yang terletak di Kecamatan Jebres, Solo.
Untuk menyiasati banjirnya permintaan tampil, kadangkala ia menbagi anggotanya menjadi dua tim. Dalam sehari, kelompoknya bisa tampil sebanya tiga hingga empat kali.
Untuk tarif sekali show pihaknya masih mengacu pada tarif 2020, yaitu sebesar Rp8 juta. Ia mengatakan bahwa Barongsai Tripusaka penampilan mereka akan ditutup pada 4 Februari dalam perayaan Imlek keliling.
“Pada 2022 tidak seberapa banyak permintaan, sekitar 25 permintaan show,” terang Adjie.
Dibandingkan tahun sebelumnya saat Pandemi Covid-19, ia menguraikan antusiasme masyarakat memang begitu besar. Ia menilai hal ini karena suasana yang sudah mulai mengizinkan dan roda perekonomian juga mulai berkembang.
“Jadi mal-mal banyak yang pakai barongsai lagi.” ujar Adjie.
Untuk memenuhi pesanan antara permintaan dari pihak mal atau perayaan Cap Go Meh, atraksi yang akan dibawakan timnya akan mempertimbangkan karena luasnya tempat. “Kalau arenanya cukup tinggi dan leluasa, minta barongsai tonggak saya ladeni,” tambahnya.
Saat ini, menurut Adjie barongsai tidak hanya dilihat dari segi ritual saja. Karena barongsai telah masuk dalam salah satu cabang olahraga, pihaknya sering mendapatkan juara dalam beberapa kali kejuaraan. Setidaknya ada 70 piala yang berhasil mereka raih.
“Barongsai bisa dilihat dari segi ritual, karena itu pasti, asal mulanya kan dari situ. Yang kedua dari segi olahraga, dan yang ketiga dari segi entertaiment atau hiburan,” terang Adjie.