Esposin, SOLO — Kota Solo memiliki beberapa objek wisata religi yang menarik untuk dikunjungi, terutama pada bulan Ramadan seperti saat ini. Berikut adalah daftar masjid yang bisa dijadikan tujuan wisata religi di Kota Solo selain Masjid Raya Sheikh Zayed.
Mengunjungi tempat wisata religi di Kota Solo dapat kamu jadikan alternatif untuk menghabiskan waktu sambil menunggu waktu berbuka. Tidak dimungkiri, belakangan Masjid Rata Sheikh Zayed menjadi daya tarik wisatawan.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Wisatawan datang dari berbagai daerah untuk mengunjungi masjid yang berlokasi di Cinderejo lor, RT 06/RW 05, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Solo ini. Masjid megah ini baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Uni Emirat Arab Mohammed Bin Zayed Al-Nahyan pada 22 November tahun lalu. Masjid ini telah dibuka untuk umum pada 28 Februari 2023. Masjid Sheikh Zayed nantinya akan dilengkapi Islamic Center sebagai pusat studi Islam dan akan ada Taman Pendidikan Al-Qur’an.
Namun, Kota Solo tidak hanya memiliki Masjid Sheikh Zayed yang bisa dijadikan destinasi wisata religi. Berikut Esposin rangkum daftar masjid yang layak atau cocok sebagai tujuan wisata religi selain Masjid Sheikh Zayed.
-
Masjid Nurul Iman Kalitan
-
Masjid Al-Wustho Mangkunegaran
-
Masjid Laweyan
Daya tarik dari masjid ini terletak pada ornamennya yang mirip dengan kelenteng Jawa. Ornamen ini tidak akan ditemukan di masjid manapun sekaligus menjadi ciri khas dari Masjid Laweyan.
-
Masjid Sholihin
Dilihat dari ukurannya, Masjid Sholihin tidaklah begitu besar atau luas. Akan tetapi masjid ini memiliki tampilan gaya bangunan yang menawan. Mengadopsi dari arsitektur bangunan masjid kuno Jawa pada umumnya, masjid ini memiliki atap bergaya arsitektur tajug tumpang tiga.
Atap tumpuk berbentuk piramida yang menutupi ruangan dalam masjid ini sebenarnya tidaklah lazim digunakan pada bangunan-bangunan yang bercirikan seni Islam sebagaimana yang biasa dijumpai di negara-negara yang juga mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Arab Saudi, Turki, Iran, Mesir, Maroko, dan Syiria. Di negara-negara ini, kubah menjadi pilihan utama sebagai penutup ruang utama bangunan masjid. Di sinilah letak keunikan dari Masjid Sholihin ini yang pada akhirnya menjadi corak arsitektur masjid Jawa pada umumnya.
-
Masjid Agung Surakarta
Dilansir dari Surakarta.go.id, berdirinya Masjid Agung Surakarta tidak lepas dari peristiwa pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1945 pada masa pemerintahan Pakubuwana II. Pemindahan ini merupakan imbas dari peristiwa Geger Pecinan yang menyebabkan Keraton Kartasura hancur.
Pembangunan masjid ini pun dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton baru di Surakarta. Dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Solo diketahui bahwa masjid ini dibangun mulai 1757 dan selesai diperkirakan pada 1768.
Di masa pemerintahan Pakubuwono IV terjadi penambahan mustaka berbentuk paku bumi di puncak atap masjid. Penggantian tiang juga dilakukan pada tahun 1791 dari tiang berbentuk persegi menjadi tiang berbentuk bulat.
Di masa Pakubuwana VII pada 1850, serambi masjid diperluas dengan kolom-kolom bergaya doric dan lantai yang lebih rendah. Pagar tembok keliling masjid kemudian dibangun pada 1858.
Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, sebuah menara dibangun di halaman masjid. Untuk memudahkan penentuan waktu salat dibangun pula jam matahari. Selain itu, di tahun 1901 gapura utama diganti dengan gapura baru bergaya arsitektur Persia. Kolam air yang sebelumnya digunakan untuk bersuci diganti berbentuk pancuran atau keran.