by Bayu Jatmiko Adi - Espos.id Bisnis - Sabtu, 17 Agustus 2024 - 15:54 WIB
Solopos, SOLO—Memasuki usia ke-58 tahun, PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex akan terus bertransformasi. Transformasi di segala hal dinilai perlu dilakukan di tengah tantangan industri tekstil saat ini.
Sehari menjelang Hari Kemerdekaan, Jumat (16/8/2024), menjadi hari spesial bagi Sritex Group. Sebab di hari itu Sritex Group genap berusia 58 tahun. Berlokasi di Diamond Restaurant, Hari Ulang Tahun (HUT) ke-58 Sritex Group diperingati dengan doa bersama serta adanya beragam hiburan, Jumat (16/8/2024).
Acara tersebut juga diwarnai dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, yang didampingi oleh keluarga besar pendiri Sritex H.M Lukminto. Potongan tumpeng kemudian diserahkan kepada Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto.
Dalam sambutannya, Iwan Kurniawan Lukminto menyampaikan dirinya beserta seluruh keluarga besar Sritex sangat berbahagia bisa merayakan momen yang bersejarah tersebut.
Dalam sambutannya, Iwan Kurniawan Lukminto menyampaikan dirinya beserta seluruh keluarga besar Sritex sangat berbahagia bisa merayakan momen yang bersejarah tersebut.
Menurutnya, tekstil Indonesia merupakan salah satu aspek penting pada sisi budaya dan ekonomi bangsa. Tekstil bukan sekedar bahan untuk pakaian, namun cerminan dari kekayaan budaya, sejarah dan kreativitas bangsa.
Diketahui, setiap daerah di Indonesia memiliki warisan tekstil yang unik yang mencerminkan keanekaragaman dan kekayaan budaya. Namun di balik kekayaan itu, kini tekstil juga Tengah menghadapi tantangan, baik secara global maupun domestik.
Menurutnya, saat ini industri tekstil di Tanah Air tengah dihadapkan pada perlambatan ekonomi global. Kondisi itu bahkan diperparah dengan ketidakpastian akibat konflik dan peperangan di beberapa bagian di dunia ini.
Menurut Iwan Kurniawan, kondisi itu telah berdampak pada rantai pasokan global sehingga logistik menjadi isu utama yang memengaruhi distribusi bahan baku dan produk tekstil. Di mana hal itu menyebabkan kenaikan biaya produksi dan menghambat arus barang ke pasar internasional.
Selain itu, di tingkat global juga muncul tren penurunan daya beli masyarakat yang menjadikan pembelian tekstil dan produk tekstil tidak menjadi prioritas utama.
“Lemahnya regulasi dan pengawasan mengakibatkan produk impor ini bersaing secara tidak sehat di pasar domestik. Kami memerlukan dukungan pemerintah untuk memproteksi industri tekstil dengan memperkuat regulasi dari serangan produk impor ini,” lanjut dia.
Dikatakannya, kontribusi industri tekstil terhadap ekonomi nasional sejauh ini masih signifikan, meskipun mengalami berbagai tekanan. Sektor tekstil menurutnya, tetap akan menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara secara internal, Iwan Kurniawan menyebutkan kondisi Sritex di tahun ini sudah mulai membaik, meskipun belum maksimal sesuai harapan.
“Kami terus melakukan transformasi tidak hanya dalam manajemen namun transformasi seluruh SDM kami. Dengan itu kami secara konsisten mengevaluasi langkah-langkah strategis dan selalu mencari peluang untuk memperluas marketing network kami di penjuru dunia,” jelas dia.
Menginjak usia 58 tahun, bukan perjalanan yang singkat bagi perusahaan tersebut. Di mana berbagai tantangan dan perubahan telah dihadapi.
“Sritex akan terus mengedepankan integritas, profesionalisme, beretika serta meneruskan ajaran pendiri kami yaitu manajemen Cheng Li,” lanjut dia.
Secara umum dia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Sritex tanpa henti. Selain itu dedikasi dan loyalitas dari seluruh pekerja dan manajemen serta mitra bisnis menjadi fondasi yang membuat Sritex tetap optimistis di tengah situasi sulit.