by Ni Luh Anggela - Espos.id Bisnis - Minggu, 21 Agustus 2022 - 09:56 WIB
Esposin, JAKARTA--Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Fahmy Radhi menyarankan untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi pada tahun ini.
Hal ini setelah Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan akan menaikkan harga BBM subsidi pada pekan depan.
Luhut menyampaikan pemerintah masih menghitung beberapa skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat.
"Langkah yang disimulasikan termasuk skenario pembatasan volume," kata Luhut dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (21/8/2022).
Penyesuaian kebijakan dilakukan pemerintah guna merespons tingginya harga minyak mentah dunia yang mendorong meningkatnya gap harga keekonomian dan harga jual pertalite dan solar. Ini juga berdampak pada kenaikan subsidi dan kompensasi energi.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menuturkan beban APBN untuk subsidi energi semakin membengkak, bahkan dapat mencapai di atas Rp600 triliun jika kuota Pertalite ditetapkan sebanyak 23 ribu kilo liter akhirnya jebol.
Meski demikian, dia menilai rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi tidak tepat jika dilakukan saat ini. Sebab, kenaikan harga Pertalite dan Solar di mana proporsi jumlah konsumen di atas 70% sudah pasti akan memicu inflasi.
"Kalau kenaikan Pertalite hingga mencapai Rp10.000 per liter, kontribusi terhadap inflasi diperkirakan mencapai 0.97%, sehingga inflasi tahun berjalan bisa mencapai 6,2% (year-on-year/yoy)," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (21/8/2022).
Dia khawatir dengan inflasi sebesar itu, daya beli dan konsumsi masyarakat akan terpuruk sehingga dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi yang sudah mencapai 5,4%.
"Agar momentum pencapaian ekonomi itu tidak terganggu. Pemerintah sebaiknya jangan menaikkan harga Pertalite dan Solar pada tahun ini," jelas dia.
Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Ekonom UGM Sarankan Harga BBM Subsidi Tak Dinaikkan Tahun Ini