bisnis
Langganan

IHSG Ditutup Menguat, Sektor Energi Paling Moncer

by Newswire  - Espos.id Bisnis  -  Selasa, 24 September 2024 - 18:18 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pergerakan saham. (Freepik).

Esposin, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (24/9/2024) sore, ditutup menguat seiring pelaku pasar merespons positif komentar ‘dovish’ pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

IHSG ditutup menguat 2,76 poin atau 0,04 persen ke posisi 7.778,49. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 0,15 poin atau 0,02 persen ke posisi 985,41.

Advertisement

“IHSG dan bursa regional Asia bergerak menguat, pasar merespons komentar dovish pejabat The Fed AS dan juga rencana kebijakan moneter Bank Sentral China (PBOC)," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya, di Jakarta, Selasa.

Para pelaku pasar fokus terhadap perkembangan suku bunga acuan oleh The Fed, yang diketahui bahwa pejabat The Fed Raphael Bostic, Neel Kashkari, dan Austan Goolsbee menyampaikan dukungannya untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut pada sisa tahun ini.

Advertisement

Para pelaku pasar fokus terhadap perkembangan suku bunga acuan oleh The Fed, yang diketahui bahwa pejabat The Fed Raphael Bostic, Neel Kashkari, dan Austan Goolsbee menyampaikan dukungannya untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut pada sisa tahun ini.

Selanjutnya, pasar juga merespons kebijakan Bank Sentral China (PBoC) yang mengumumkan langkah-langkah kebijakan moneternya.

Gubernur POBC Pan Gongsheng mengatakan akan memangkas rasio persyaratan cadangan sebesar 50 basis poin (bps) sebelum tahun berakhir, tanpa memberikan jadwal yang spesifik.

Advertisement

Pasar menilai kebijakan PBoC tersebut merupakan rangkaian stimulus untuk meningkatkan ekonomi China.

Dibuka melemah, IHSG bergerak ke teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG nyaman di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor meningkat dengan sektor energi paling tinggi yaitu 1,12 persen, diikuti sektor transportasi dan logistik dan sektor infrastruktur yang naik masing-masing 0,89 persen dan 0,52 persen.

Advertisement

Sedangkan empat sektor terkoreksi dimana sektor teknologi turun paling dalam yaitu minus 1,03 persen, diikuti sektor barang konsumen non primer dan sektor industri yang masing-masing minus 0,69 persen dan minus 0,32 persen.

Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar, yaitu PART, IOTF, PTRO, MEJA, dan AYLS. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni LABA, EMDE, NASI, PMMP dan SMLE.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.403.887 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 22,00 miliar lembar saham senilai Rp16,58 triliun. Sebanyak 249 saham naik, 332 saham menurun, dan 215 tidak bergerak nilainya.

Advertisement

Bursa saham regional Asia sore ini, antara lain Indeks Nikkei menguat 216,70 poin atau 0,57 persen ke 37.940,60, indeks Hang Seng menguat 753,45 poin atau 4,13 persen ke 19.000,56, indeks Shanghai menguat 114,20 poin atau 4,15 persen ke 2.863,12, dan Indeks Straits Times melemah 15,80 poin atau 0,43 persen ke 3.622,73.

Rupiah Menguat


Di sisi lain, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa menguat di tengah rilis S&P Global PMl Amerika Serikat (AS) untuk September 2024 yang lebih lemah dari bulan sebelumnya.

 Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah naik 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.187 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.206 per dolar AS.

 "S&P Global US Composite PMI turun ke 54,4 pada bulan September 2024, turun dari 54,6 pada bulan Agustus 2024, tetapi melampaui ekspektasi pasar sebesar 54,3," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi seperti dilansir Antara di Jakarta, Selasa.

 Josua menuturkan pertumbuhan terutama didorong oleh sektor jasa, sementara penurunan di sektor manufaktur meningkat.

Pertumbuhan sektor jasa tetap kuat, meskipun sedikit melambat karena S&P Global Services PMI turun ke 55,4 dari 55,7, sementara kontraksi sektor manufaktur memburuk dengan S&P Global Manufacturing PMI di 47,0, turun dari 47,9.

 Selain itu, probabilitas penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS atau The Fed, Fed Funds Rate (FFR), sebesar 50 basis poin (bps) pada November 2024 cenderung menurun setelah rilis data tersebut.

 Para pelaku pasar kini menantikan laporan inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) yang akan dirilis pekan ini dan komentar dari beberapa pejabat Fed untuk melihat langkah Fed selanjutnya.

 Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa naik ke level Rp15.186 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.191 per dolar AS.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif