by Arlina Laras - Espos.id Bisnis - Rabu, 12 April 2023 - 20:54 WIB
Esposin, JAKARTA -- Tupperware melaporkan kinerja keuangan perusahaan dalam situasi yang suram bahkan terancam bangkrut. Berikut adalah sejarah perjalanan bisnis dari Tupperware yang disebut terancam bangkrut.
Tupperware merupakan sebuah merek yang cukup populer di Indonesia, terutama di kalangan ibu-ibu. Hal ini lantaran Tupperware memiliki reputasi kualitas plastik yang baik.
Sayangnya, Tupperware melaporkan kinerja keuangan perusahaan dalam situasi yang suram. Berdasarkan dokumen yang dikirimkan ke regulator bursa AS, Tupperware menyebutkan terdapat keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan.
Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, Tupperware mengalami penurunan penjualan produk rumahan yang tajam akibat perusahaan tidak mampu membidik pasar konsumen muda. Imbasnya, saham Tupperware pun anjlok hampir 50 persen pada perdagangan Senin (10/4/2023). Pada akhir perdagangan Selasa, saham Tupperware pulih 4,84 persen, namun masih melemah 68 persen sejak awal 2023.
Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, Tupperware mengalami penurunan penjualan produk rumahan yang tajam akibat perusahaan tidak mampu membidik pasar konsumen muda. Imbasnya, saham Tupperware pun anjlok hampir 50 persen pada perdagangan Senin (10/4/2023). Pada akhir perdagangan Selasa, saham Tupperware pulih 4,84 persen, namun masih melemah 68 persen sejak awal 2023.
Analis Ritel dan Direktur Pelaksana GlobalData Retail Neil Saunders mengatakan nasib Tupperware tengah di ujung tanduk. Pihak manajemen berusaha mati-matian untuk meningkatkan sisi penjualan. Lantas, seperti apa profil bisnis dan perkembangan bisnis ini sendiri? Berikut ulasannya seperti dilansir dari Bisnis, Rabu (12/4/2023).
Sebelum menciptakan Tupperware, Earl Tupper telah berkarir di industri plastik selama bertahun-tahun. Dirinya telah mengembangkan bahan plastik yang sangat tahan lama dan tidak mudah pecah. Tidak hanya itu saja, Earl pun mengembangkan sistem tutup yang rapat dan tidak mudah bocor yang membuat produknya sangat populer di kalangan ibu rumah tangga.
Konsep Tupperware Parties adalah mengundang teman-teman atau tetangga untuk berkumpul di rumah seseorang, sambil menikmati makanan ringan dan minuman, sambil melihat demonstrasi produk Tupperware dan membeli produk langsung dari katalog.
Sayangnya, hubungan antara Tupper dan Wise mulai merenggang. Hingga akhirnya, Wise dipecat pada awal 1958-an. Tidak ada yang mengetahui alasan secara jelas, namun ada sejumlah spekulasi, di mana Earl cemburu dengan popularitas Wise dalam memasarkan Tupperware.
Lalu sejak kepergian Wise, Earl Tupper pun menjual Tupperware ke Rexall Drug Company pada 1958. Namun, Rexall tidak berhasil mengelola perusahaan dengan baik. Sampai akhirnya, pada 1960, perusahaan itu diakuisisi ke Premark International, yang sekarang dikenal sebagai Newell Brands.
Pada 2021, Tupperware memutuskan untuk memisahkan diri dari Newell Brands dan menjadi perusahaan publik yang independen bernama Tupperware Brands Corporation. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya Tupperware untuk meningkatkan kinerja keuangan dan mengurangi beban utang.
Saat ini, Miguel Fernandez menjabat sebagai Chief Executive Officer Tupperware Brands Corporation sejak April 2020, dengan fokus yang tajam untuk menstabilkan operasi bisnis. Hingga saat ini, Tupperware telah dipasarkan di lebih dari 100 negara yang terkenal sebagai solusi wadah penyimpanan, penyajian, dan persiapan makanan.
Di Indonesia, Tupperware resmi dipasarkan di Indonesia pada 1991. Melansir dari Tupperware Indonesia, PT Alif Rose di Jakarta merupakan Distributor resmi pertama Tupperware Indonesia. Kini sudah ada lebih dari 79 distributor resmi yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh Indonesia.