bisnis
Langganan

OJK: Penurunan Suku Bunga The Fed Berdampak Positif bagi Pasar Modal Domestik

by Newswire  - Espos.id Bisnis  -  Senin, 7 Oktober 2024 - 07:19 WIB

ESPOS.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Ilustrasi/Bisnis)

Esposin, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi optimistis pemangkasan suku bunga The Fed berdampak positif terhadap pasar modal dalam negeri.

“Kami melihat bahwa kebijakan suku bunga The Fed akan memberikan sentimen positif di pasar modal Indonesia,” kata Inarno Djajadi dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Minggu (6/10/2024).

Advertisement

Ia mengatakan ketika informasi mengenai rencana The Fed untuk menurunkan suku bunganya sudah mulai terdengar pada Juli lalu, para investor pun sudah melakukan pricing in pada Agustus dan awal September.

Penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin (bps) dari 5,25-5,5 persen menjadi 4,75-5 persen pada pertengahan September lalu merupakan yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

Advertisement

Penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin (bps) dari 5,25-5,5 persen menjadi 4,75-5 persen pada pertengahan September lalu merupakan yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

Para analis pun memprediksi bank sentral Amerika Serikat tersebut akan menurunkan kembali tingkat suku bunganya sebanyak 2 kali hingga akhir tahun nanti.

“Namun demikian, kami harap optimisme pelaku di pasar modal harus diimbangi dengan kehati-hatian,” ujar Inarno.

Advertisement

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil dan pasar keuangan menguat di tengah sentimen positif akibat periode pemotongan tingkat bunga (cut cycle) bank sentral di berbagai negara.

Meskipun begitu, ia mengatakan para pelaku sektor jasa keuangan masih perlu waspada dan melakukan langkah antisipatif yang diperlukan karena adanya pelemahan kinerja perekonomian global, tensi geopolitik yang masih tinggi, dan koreksi terhadap harga komoditas yang menimbulkan risiko ketidakpastian.

Sama dengan The Fed, Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga acuannya atau BI-Rate sebesar 25 bps dari 6,25 persen menjadi 6 persen pada 18 September lalu.

Advertisement

Pada kesempatan lain, Inarno Dajajadi menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat mencapai rekor tertinggi di level 7.905 pada 19 September 2024 dipengaruhi sentimen positif dari suku bunga acuan.

"[IHSG] didorong oleh sentimen positif akibat penurunan suku bunga acuan. Pasar saham domestik di bulan September 2024 menguat, bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi di level 7.905 pada 19 September 2024," ujar Inarno saat konferensi pers RDK OJK di Jakarta, Selasa.

Inarno memaparkan, dari awal September sampai dengan 27 September 2024, IHSG naik 5,83 persen secara kalender berjalan (ytd) ke level 7.696.

Advertisement

Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp 12.875 triliun atau turun 1,82 persen (mtd), namun secara kalender berjalan masih naik sebesar 10,37 persen (ytd).

Kemudian non-resident yang mencatatkan net buy mencapai Rp 25 triliun (mtd) atau secara kalender berjalan net buy tercatat sebesar Rp52,75 triliun.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif