bisnis
Langganan

Turunnya BI-Rate Diprediksi Dorong Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Bayu Jatmiko Adi  - Espos.id Bisnis  -  Minggu, 22 September 2024 - 10:21 WIB

ESPOS.ID - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (kanan), menyampaikan keterangan dalam Press Conference Kongres ISEI XXII di Solo, Jumat (20/9/2024). (Solopos/ Bayu Jatmiko Adi)

Esposin, SOLO — Turunnya suku bunga acuan (BI-Rate) menjadi 6% diprediksi akan memberi dampak positif pada penyaluran kredit perbankan, termasuk pada pembiayaan bank-bank syariah. 

Diketahui, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) dari level 6,25% menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Rabu, 18 September 2024. Keputusan itu dinilai juga sejalan dengan Federal Reserve alias The Fed yang juga akan memangkas Fed Fund Rate (FFR).

Advertisement

Keputusan BI tersebut diprediksi akan berdampak positif terhadap penyaluran kredit perbankan, tidak terkecuali pada pembiayaan bank-bank syariah. Di mana biasanya, penyaluran pembiayaan akan meningkat seiring dengan menurunnya biaya dana atau cost of fund.

Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah, Hanie Dewita, mengatakan sektor perbankan syariah di Indonesia selama ini dikenal memiliki daya tahan yang baik. Dengan penurunan suku bunga acuan tersebut akan semakin memperkuat daya saing bank-bank syariah dalam memberikan solusi pembiayaan berbasis syariah.

Advertisement

Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah, Hanie Dewita, mengatakan sektor perbankan syariah di Indonesia selama ini dikenal memiliki daya tahan yang baik. Dengan penurunan suku bunga acuan tersebut akan semakin memperkuat daya saing bank-bank syariah dalam memberikan solusi pembiayaan berbasis syariah.

“Penurunan BI-Rate dapat menjadi katalis yang memperkuat optimisme Bank Mega Syariah dalam meningkatkan penyaluran pembiayaan. Di satu sisi, turunnya cost of fund membuat Bank Mega Syariah lebih fleksibel dalam menetapkan margin bagi hasil yang kompetitif dengan tetap memberikan keuntungan bagi nasabah,” kata Hanie, dalam rilis yang diterima Esposin, Kamis (19/9/2024). 

Dia mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan aset dan pembiayaan, Bank Mega Syariah akan fokus pada optimalisasi cross-selling produk-produk syariah yang relevan dengan kebutuhan nasabah, serta memperluas jaringan distribusi melalui kemitraan strategis. Selain itu, pengembangan layanan digital juga akan menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas nasabah.

Advertisement

Menurutnya, fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik turut mendorong pertumbuhan aset Bank Mega Syariah. Per Agustus 2024, total aset naik 21,1% (ytd) atau menjadi lebih dari Rp17,6 triliun. Di satu sisi, kualitas aset juga terjaga dengan baik, yang tercermin dari rasio non performing financing (NPF) yang berada di posisi sekitar 0,87%. Angka tersebut disebut masih sangat ideal jika dibandingkan batas aman yang ditetapkan regulator yaitu sebesar 5%.

Saat ini Bank Mega Syariah juga fokus meningkatkan loyalitas nasabah. Menurut Hanie, tanpa loyalitas pangsa pasar yang besar belum tentu menghasilkan dampak signifikan terhadap pertumbuhan bisnis. Untuk itu, perluasan segmen pasar akan diimbangi dengan program cross-selling yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik nasabah.

Kemitraan dengan organisasi keagamaan seperti lembaga zakat, wakaf, atau pesantren, dinilai dapat membuka akses ke basis nasabah yang luas, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk syariah. Di satu sisi, kerja sama dengan korporasi, Bank Mega Syariah dapat menawarkan produk pembiayaan sesuai kebutuhan korporasi dan karyawan, yang dapat mempercepat pertumbuhan aset.

Advertisement

“Sebagai bank yang telah melayani masyarakat Indonesia selama lebih dari 25 tahun, Bank Mega Syariah memahami pentingnya mempererat kerja sama dengan berbagai lapisan masyarakat. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi umat dan mendorong kesejahteraan bersama,” lanjut Hanie. 

Sebelumnya, dalam siaran pers BI, menyebutkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%. 

Keputusan itu konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. 

Advertisement

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi. Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, yang diunggah di website https://www.bi.go.id, 18 September 2024 lalu. 

Dikatakan, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.



Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif